Binus Hadirkan BINUSMAYA , Akan Jadi Kampus Pertama di Metaverse



BINUS University menjadi kampus pertama di Indonesia yang hadir di metaverse. Pihak universitas menyebut, langkah ini dilakukan melihat fenomena metaverse semakin ramai di berbagai sektor, sehingga sumber daya manusia pun dituntut mempunyai keterampilan dan keahlian untuk berinovasi dan beradaptasi di era metaverse.

Melalui kolaborasi dengan WIR Group, BINUS sebelumnya membangun Nusameta.

Nusameta adalah ekosistem metaverse yang menampilkan teknologi augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan artificial intelligence (AI) di Indonesia. Nusameta telah dirilis pada momen KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu.

Wakil Rektor Global Employability and Entrepreneurship, Prof Meyliana mengatakan, BINUS terus mengembangkan kurikulum sesuai kemajuan teknologi metaverse untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul.

Menurut Meyliana, metaverse adalah suatu ruang virtual di mana para pengguna bisa saling terkoneksi, bekerja, berkomunikasi, belajar, bermain, dan bertransaksi sebagaimana di dunia nyata. Di dunia pendidikan, metaverse bisa diaplikasikan melalui pembelajaran dengan konsep interactive learning dan fun.

"Dalam waktu dekat, prototipe kita melalui BINUSMAYA versi 9 akan berbentuk metaverse dan akan kita jalankan bersama dengan Nusameta," kata Meyliana di kampus BINUS Jakarta pada Senin (21/11/2022), berdasarkan keterangan yang diterima detikEdu.

"Artinya memang proses pembelajaran berbasis gamification tadi ke depan menjadi hal yang wajib dan itu menjadi tuntutan zamannya generasi muda sekarang," lanjutnya.

Guru besar Ilmu Sistem Informasi itu menyebut, teknologi metaverse akan mengubah proses belajar dan mengajar. Dia memaparkan, cara belajar mahasiswa akan lebih interaktif, menyenangkan, inovatif, dan banyak personal life learning.

Assistant Professor di Doctor of Computer Science Program (DCS) BINUS, Dr Arief Ramadhan mengatakan, dunia virtual yang disebut metaverse memungkinkan seseorang untuk masuk dengan sebuah representasi diri berwujud avatar untuk berinteraksi sosial.

Supaya bisa merasakan sesuatu ketika berada di dunia virtual, maka dibutuhkan sebuah alat untuk mengirim sinyal-sinyal tersebut.

Sebagai contoh, avatar seseorang di dunia metaverse tengah menyentuh sebuah pohon. Pada waktu yang sama, di dunia nyata dia akan menggunakan sepasang sarung tangan haptic yang berguna untuk mengirim sinyal ke otak agar bisa merasakan saat menyentuh pohon.

Dikutip dari laman BINUS, selain membutuhkan alat untuk mendukung aktivitas virtual, juga diperlukan komponen perangkat lunak. Software ini akan berguna untuk membuat skenario dan memahami gerakan, suara, ataupun bahasa, sehingga tetap bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang juga terhubung di metaverse.

Walaupun virtual, metaverse menyerupai dunia nyata pada umumnya.



Logo