⚡ Breaking News

Crash Lagi? Jangan Cuma Reaktif, Saatnya Jadi Investor Strategis

Foto : market crash


Market View - Kamu pasti sudah lihat judul-judul berita belakangan ini—tarif dagang ala pemerintahan Trump kembali bikin gaduh, rencana baru Elon Musk soal DOGE bikin heboh lagi, dan pasar global pun ikut-ikutan goyang karena ketidakpastian kebijakan. Di tengah semua ini, investor mulai merasa panas dingin. Per tanggal 6 Maret 2025, S&P 500 sudah turun -6,6%, sementara Nasdaq 100 anjlok -9,6%.

Kalau kamu mulai khawatir soal portofoliomu, kamu nggak sendiri. Koreksi pasar memang sering bikin galau. Banyak yang langsung mikir, "Apakah ini awal dari kejatuhan besar?" atau "Mending jual aja deh, simpan duit tunai dulu!" Tapi... sebelum ambil langkah gegabah, yuk tarik napas, lihat dari sudut pandang yang lebih luas, dan fokus ke hal-hal yang masih bisa kamu kontrol.

Pelajaran dari Sejarah : Jatuh-Bangun Pasar Itu Wajar (dan Sementara)

Koreksi pasar saham itu bukan hal aneh—ini bagian alami dari dunia investasi. Ibarat belajar surfing, ombak di laut itu nggak bisa dihindari. Yang penting bukan menghindari ombaknya, tapi belajar menaklukkannya.

Faktanya, secara rata-rata, S&P 500 mengalami penurunan dalam setahun sebesar -16%. Tapi meski ada krisis, resesi, atau guncangan keuangan dalam beberapa dekade terakhir, pasar selalu pulih dan naik lagi dalam jangka panjang. Nih, beberapa contoh krisis besar dua dekade terakhir :

Krisis Dot-com (1999) – Saham teknologi anjlok, tapi yang sabar justru panen saat sektor ini bangkit lagi.

Krisis Keuangan Global 2008 – Pasar rontok, tapi pemilik saham yang tetap bertahan menikmati pemulihan besar.

Crash COVID-19 tahun 2020 – Pasar turun hampir 35% dalam hitungan minggu, tapi balik mencetak rekor tertinggi hanya dalam beberapa bulan.

Cara Cerdas Menghadapi Potensi Krisis Pasar (Bukan Cuma Bereaksi Saat Sudah Terjadi)

Kita memang nggak bisa meramal apakah penurunan pasar saat ini akan berubah jadi crash besar (dan sejauh ini, itu bukan skenario utama kita), atau kapan tepatnya koreksi berikutnya akan datang. Tapi, yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri secara finansial agar tetap tangguh menghadapi gejolak.

Berikut panduan 3 langkah agar kamu selalu siap, kapan pun badai pasar datang :

Perkuat Posisi Keuanganmu

Bayangkan kalau besok pasar tiba-tiba anjlok—apakah kamu terpaksa menjual investasi untuk menutupi kebutuhan hidup? Kalau jawabannya "iya," saatnya memperkuat dana darurat kamu. Idealnya, miliki cadangan uang tunai setara 6–12 bulan biaya hidup. Dengan begitu, kamu nggak perlu panik menjual aset saat pasar sedang merah, dan bisa tetap tenang menunggu pemulihan.

Pastikan Portofolio Sesuai dengan Tujuan dan Toleransi Risikomu

Saat pasar goyang, banyak orang baru sadar bahwa investasinya terlalu agresif. Nah, sebelum badai datang, pastikan portofoliomu sudah sesuai dengan tujuan keuangan dan kenyamanan psikologismu.

Kalau kamu butuh uang dalam waktu dekat (misalnya untuk DP rumah atau biaya sekolah anak tahun depan), hindari menaruhnya di instrumen yang berisiko tinggi. Tapi kalau investasimu untuk jangka panjang—misalnya pensiun 15 tahun lagi—maka fluktuasi jangka pendek bukanlah ancaman besar, asalkan kamu tetap konsisten.

Fokus ke Hal yang Bisa Kamu Kontrol

Kita nggak bisa ngatur pasar. Tapi kita bisa mengontrol pengeluaran, tabungan, dan kebiasaan investasi kita. Tetap disiplin dengan strategi investasi rutin seperti dollar-cost averaging, review portofolio secara berkala, dan jangan mudah terpengaruh oleh berita heboh yang bikin panik.

Ingat, ketenangan menghadapi pasar bukan datang dari ramalan yang tepat, tapi dari persiapan yang matang.

Bersiap Lebih Penting daripada Meramal

Nggak ada satu pun orang di dunia ini yang benar-benar tahu kapan pasar akan jatuh lagi. Dan jujur saja—itu sebenarnya bukan hal yang paling penting. Yang jauh lebih penting adalah: seberapa siap kamu menghadapinya.

Saat pasar goyah dan rasa takut mulai muncul, ingat hal ini : Koreksi pasar itu hal biasa, dan biasanya hanya sementara.

Kebiasaan finansial kamu seperti disiplin menabung, mengelola risiko, dan tetap tenang jauh lebih berpengaruh daripada mencoba menebak waktu yang tepat beli atau jual.

Punya rencana yang matang bikin kamu tetap rasional, bukan emosional.

Jadi, tarik napas dalam-dalam, tetap tenang, jalani strategimu, dan percayalah : sejarah selalu berpihak pada investor yang sabar.

Baca juga Tips untuk berinvestasi bagi pemula ala Warren Buffett

By Kara Macquarie