⚡ Breaking News

Jassy CEO Amazon beri pesan tegas kepada para karyawan, gesit efisien

Amazon CEO Andy Jassy speaks during a keynote address at AWS re:Invent 2024 on Dec. 3, 2024 in Las Vegas.  Noah Berger/Getty Images for Amazon Web Services via Getty Images


News- CEO Amazon Andy Jassy kembali membuat gebrakan yang mengejutkan dunia korporat. Dalam upaya mengubah budaya kerja internal perusahaan, Jassy menegaskan bahwa Amazon harus bertindak lebih cepat, lebih efisien, dan lebih inovatif—bahkan jika itu berarti menantang kenyamanan para karyawan.

Dalam sebuah pertemuan internal bulan lalu, Jassy menyampaikan bahwa terlalu banyak birokrasi justru memperlambat langkah Amazon. “Setiap proyek baru tidak seharusnya membutuhkan tim berisi 50 orang atau lebih,” tegasnya. Menurut Jassy, pemimpin terbaik bukanlah mereka yang membangun tim besar, tetapi yang bisa menghasilkan dampak besar dengan tim ramping.

“Tidak ada penghargaan bagi yang punya tim terbesar. Kami ingin jadi gesit, efisien, dan terus melaju,” kata Jassy.

Karyawan Dipaksa Balik Kantor 5 Hari Seminggu

Amazon Employee for office 


Amazon kini resmi mewajibkan karyawan korporat untuk kembali bekerja dari kantor lima hari dalam seminggu—mengakhiri kebijakan sebelumnya yang memperbolehkan kerja hybrid tiga hari. Jassy menyebut bahwa interaksi langsung di ruang fisik menghasilkan energi yang lebih kuat, diskusi spontan yang produktif, dan ide-ide yang berkembang lebih cepat.

“Kita bisa berinovasi dari rumah, tapi hasilnya tidak sebanding dengan saat kita berada dalam satu ruangan,” ujarnya.

Fokus Penuh ke AI: Investasi Rp1.600 Triliun

Langkah Jassy ini berkaitan erat dengan fokus besar Amazon tahun ini: pengembangan kecerdasan buatan (AI). Amazon siap menggelontorkan dana hingga USD 100 miliar (sekitar Rp1.600 triliun) untuk belanja modal, sebagian besar difokuskan pada pembangunan infrastruktur AI dan teknologi masa depan.

Amazon mengikuti jejak Microsoft dan Google yang juga tengah memborong investasi besar-besaran di sektor AI. Namun, ambisi ini menimbulkan kecemasan di kalangan pekerja.

Karyawan AS Ketar-Ketir, Takut Digantikan AI

Sebuah survei terbaru dari YouGov mengungkap bahwa lebih dari sepertiga pekerja di Amerika Serikat khawatir akan kehilangan pekerjaan akibat perkembangan AI. Sekitar 56% responden percaya AI akan mengurangi jumlah lapangan kerja, dan 55% meyakini jam kerja mereka akan berkurang karena otomatisasi.

“Kita hidup dalam industri yang sangat kompetitif. Kalau kita tidak bergerak cepat, kita akan tertinggal,” tegas Jassy dalam surat tahunannya kepada para pemegang saham.

Amazon Ingin Jadi ‘Startup Terbesar di Dunia

Amazon Drone Express 


Tak hanya bergerak cepat, Jassy ingin Amazon beroperasi layaknya startup—gesit, penuh inisiatif, dan tidak takut bereksperimen. Ia menyebut perusahaan membutuhkan lebih banyak “builder,” yakni orang-orang yang selalu ingin memperbaiki pengalaman pelanggan, bahkan jika itu berarti membongkar hasil kerja mereka sebelumnya.

“Mereka divinely discontent—selalu merasa belum selesai,” ujar Jassy.

Langkah agresif Amazon dalam membentuk ulang budaya kerjanya, menghapus birokrasi, dan mempercepat transformasi AI menjadikannya perusahaan teknologi yang benar-benar berani mengambil risiko besar.

Source : the street 


#amazon #ceo #startup #AI #news